Berkat

Berkat bagi saya bukanlah semata-mata hal yang dapat dinilai secara kuantitas. Tidak selalu berupa materi walaupun memang itu yang dijadikan standar keberhasilan dalam hidup. Berlimpah materi = Sukses = Ucap syukur. Itu persamaan rumus yang berlaku umum.
Bagi saya, ucap syukur tidak bisa dituangkan dalam persamaan yang demikian karena bersumber dari sesuatu yang tidak bisa dituangkan dalam satuan. Itulah berkat.

Dalam pemahaman saya, berkat itu justru didapat ketika saya mampu menjalani dinamika kehidupan yang penuh tantangan, mampu menikmati setiap “ups and downs” , bisa mengambil hikmah dan menerapkannya dalam hidup sehari-hari.

Itulah berkat yang saya alami selama mengarungi hidup pernikahan selama 2 tahun.

Dimulai dari suatu kesederhanaan, modal dengkul (namun pede tingkat tinggi) saya menjalani masa pacaran selama 6 tahun. Dari masih kerja di daerah terpencil tempat jin buang anak sampai akhirnya bisa kerja di perusahaan multi nasional berlokasi di daerah elit, dari yang 5 kali gonta-ganti kendaraan umum sampai akhirnya tinggal 2 kali saja (naik angkot terus omprengan – tetep kendaraan umum yak? Hehehehe), dari yang harus bertahan pake sepatu yang rusak parah sampe akhirnya bisa gonta-ganti gadget. 6 tahun itu adalah masa tempa untuk masuk ke dalam battle field yang sesungguhnya. Masa pernikahan.
Saya sebut battle field karena memang masa penikahan bukanlah hanya berisi madu namun begitu banyak tantangan yang harus dihadapi. Pisah dengan orang tua kemudian bersama dengan “orang lain” yang berbeda karakter dan hobi adalah kesulitan terutama yang harus saya alami. Pertengkaran tidak bisa dihindari, walau bagaimana pun berusaha toleransi. Sulit untuk bisa menyatukan pendapat dan cara berpikir, tidak bisa semaunya sendiri. Bahkan saya sempat marah banget karena “hanya” masalah musik: saya suka metal namun Sang Istri sangat anti metal. Yah, kerikil kecil laaaah…
Namun saya melihat hal yang lain dalam hubungan pernikahan ini. Segala suka dan duka dipakai buat menempa saya menjadi pria sejati sebagai kepala rumah tangga dan secara otomatis makin melengkapi hidup saya pribadi.

Maka dalam definisi saya, berkat itu adalah ketika saya dan istri mampu menghadapi segala tantangan hidup, ketika saya dan istri mampu mengatasi semua permasalahan, ketika saya dan istri berhasil berdiri setelah jatuh. Berkat itu adalah merasakan campur tangan Tuhan yang terus menopang kehidupan pernikahan saya dan istri. Kami lemah namun Tuhan Maha Kuasa. Bersama dengan Tuhan saya dan istri telah melewati 2 tahun pernikahan.

Luar Biasa!

Dan betapa bahagianya hati saya saat membaca semua doa dan ucapan selamat yang disampaikan oleh keluarga dan teman lewat berbagai media. Itu adalah berkat bagi saya dan istri.

Dua tahun sudah dan akan terus bersama.
Saya dan istri percaya bahwa Tuhan akan selalu berada di depan memimpin setiap langkah kami.
Amin!

Love,
Bigbangjoe

Posted from WordPress for Android