entah mengapa aku sangat suka pada apa yang kudapat dalam gelap saat banyak orang yang membencinya. membenci gelap itu sendiri atau bahkan membenci yang kudapat. namun bagaimana mungkin mereka tahu apa yang kudapat apabila sejauh yang mereka dapat tidak lebih dari gelap?
itulah alasan mengapa aku memilih baju dan celana hitam, penutup kepala dan alas kaki hitam, cerita dan lagu hitam. lalu kau akan mengerti kenapa aku suka dengan kopi hitam meski itu alasan usang.
gelap memaksaku untuk meraba.
gelap memaksaku untuk menghirup aroma.
gelap memaksaku untuk lebih baik memejam mata.
gelap memaksaku untuk mendengar dan menyerah.
gelap memaksaku untuk mempercayai rasa.
maka mataku melihat apa yang lebih dari yang terlihat: isi hati
lalu jemariku mampu menjamah lebih dari yang dapat kuraba: kuatir di balik bibir tersenyum
hidungku dapat menghirup lebih banyak dari apa yang terbawa harum: kejujuran
dan akhirnya telingaku mendengar lebih dari apa yang berbunyi: cinta
jadi, mengapa harus takut pada gelap?
ah, semoga kamu bisa mengerti mengapa aku seakan tak pernah mengenal warna lain
selain gelap
–> hey, gelap itu keadaan, bukan warna
–> apa yang kamu lihat dalam gelap?
–> tak ada apa-apa selain hitam
–> apakah hitam itu bukan warna?
–> baiklah. hitam adalah warna
–> tak perlu berdebat lagi. pejamkan mata saja
–> sama seperti tak perlu terlihat lagi. mengalir saja?
–> nampaknya demikian
–> mengapa tak ada keyakinan?
–> keyakinan kerap terjelembab pada kesombongan
–> maka menutup mata memaksamu meraba, merasa, mencium dan mendengar lebih banyak
–> demikian lah adanya