inilah segelas kopi tanpa gula dengan tiga bongkah kecil es
tempatku meramu pahit dan dingin
lalu aku rayu awan-awan kelam
supaya tidak terus bertahan dalam diam
Hujan di luar sana, sekarang…
Mengenai hal itu, marilah kita bersepakat
bahwa tidak ada tempat yang lebih nyaman dibandingkan segelas kopi dingin tanpa gula
dengan butiran embun yang menembus dindingnya
dan membasahi jari yang mencoba menuliskan sebuah nama
Namamu…
Satu-satunya yang teringat saat hujan semakin deras, saat tanah basah oleh rindu yang meluap-luap hingga hampir menenggelamkanku adalah namamu
Segelas kopi pahit dan dingin
Embun membasahi dindingnya, mengukir namamu
perlahan luruh, menyisakan alur
jejakku lah itu, menyusuri rindu
tak pernah percaya pada terbatasnya tempat dan waktu
entah dekat atau jauh