The History of The O’Clan – The Beginning

Dahulu kala, sekitar tahun 1993, hiduplah dua orang anak cowok yang sedang mengenyam pendidikan di kelas 2 sebuah SMA negeri di bilangan jakarta timur. Salah seorang keturunan batax murni, ga pake belok-belok dan yang satu lagi campuran mama’nya batax dan bapa’nya ambon. Si anak batax selanjutnya disebut Batax aja biar ga ribet dan si anak campuran itu disebut Baon ajah.

Batax adalah anak pintar, hobinya belajar yang membuatnya sering menjadi juara kelas. Brilian dalam mencetak angka indah di kertas ulangan. Dia duduk di deret terdepan barisan paling kiri rentetan meja kelas. Meja-nya berseberangan dempet dengan meja guru memungkinkan dia leluasa bertukar pandang dengan para guru yang bergantian mengajar di kelas kami. Anaknya pun agak diam, ga terlalu bergaul di kelas. Nampaknya dia penganut paham “Diam adalah Emas dan Berisik adalah Panci Kaleng”.

Agak sedikit terbalik dengan yang satunya.

Baon adalah anak yang biasa banget, ga pintar tapi ga bodoh. Cerdas tapi ga terlalu brilian dalam hal pengumpulan nilai pelajaran. Duduknya di deret terbelakang barisan paling kanan meja kelas. Kursinya membelakangi persis connecting door dengan kelas sebelah yang memungkinkannya untuk luput dari perhatian para guru pengajar, apalagi yang kacamatanya lebih tebal dari pantat botol kecap – niscaya akan sulit menangkap pribadi berkulit hitam berpostur begenk yang duduk nun jauh di belakang sana, menyaru dengan warna hitam connecting door. Anaknya cukup bergaol – walopun dulu belum ada istilah “anak gaol”, tapi temannya cukup banyak dan anak-anak yang senasib dengannya pun (para penghuni deret terbelakang) cukup menyayanginya.

Mereka berdua menghuni kelas 2 Biologi 2 yang di tuangkan ke dalam rumus persetaraan “2Bi + O2”. Entah apa maksudnya. Anak-anak kelas itu menyebut deret terdepan sampai ke tengah sebagai First Class dan bagian terbelakang sebagai RT 01. Itu pun entah apa maksudnya. Jadi Batax adalah penghuni First Class dan Baon penghuni RT 01. Macam pembagian kasta aja.

Para penghuni First Class cukup pendiam, malah kayaknya pasif aja. Pasif dalam arti ga pernah terlibat dalam hal keributan di dalam kelas yang ga pernah menyia-nyiakan waktu kosong pergantian pengajar walau hanya 5 menit saja, pasti dimanfaatkan dengan saling ejek (ceng-cengan), main perang-perangan dan bermusik ria. Bernyanyi bersama diiringi dengan suara ketukan meja belajar yang diolah seakan-akan ketukan drum – disebut “nge-gendang”. Sementara, dalam mengisi kekosongan waktu seperti itu, penghuni First Class akan selalu menyiapkan buku pelajaran selanjutnya, membukanya sebagai intro sebelum materi sesungguhnya diberi oleh para pengajar. Mungkin mereka berprinsip “sedia secenk sebelum ngecenk” yang adalah saduran dari “sedia payung sebelum hujan”, bersiap-siap dulu supaya kalo nanti para pengajar mengajukan pertanyaan mereka sudah siap dengan jawaban masing-masing. Teladan yang baik.
Tapi tidak cukup baik dalam lingkup berpikir para penghuni RT 01. Ketika ada waktu luang hendaknyalah dipakai untuk mengistirahatkan pikiran lugu yang sebelumnya didera dengan angka dan bahasa kelas tinggi, menghibur hati yang luka akibat harga diri yang direndahkan akibat dianggap sepele oleh mereka yang berkoar-koar di depan sana. Waktu luang – walau hanya 5 menit – adalah sebotol air dingin di tengah gurun pasir. Keriuhan terjadi akibat kebebasan berkespresi yang dijunjung tinggi tanpa memperdulikan bagian lain dari kelas. Silahkan berpegang pada prinsip masing-masing, First Class dan RT 01 tidak pernah mau saling mempengaruhi. Silahkan buka buku bagi yang mau belajar dan silahkan bernyanyi bersama bagi yang mau hidup normal.

Perbedaan cara pandang itu secara otomatis mempengaruhi gaya hidup sehari-hari. Batax sering dipanggil ke ruang guru demi menerima pesan khusus bahwa kelas harus mengerjakan tugas A atau B sebelum sang guru masuk dan mengajar. Kalo Baon sering dipanggil demi disuruh beli sayur yang dijual persis di balik tembok belakang sekolah, harus manjat untuk bertransaksi dan itulah salah satu keahlian yang dimiliki penghuni RT 01: Manjat – akibat terlatih kabur saat terjadi razia rambut gondrong atau males upacara di senin pagi. Kalo ga disuruh manjat, Baon dipanggil ke ruang guru demi mendengar nasihat dan petuah para pengajar akibat kesalahannya karena berpartisipasi bahkan menjadi salah satu provokator penyebab keriuhan kelas. Tragis.

Begitu pulak dalam hal cara berpakaian.
Batax adalah salah satu contoh gaya berpakaian siswa teladan. Kemeja terkancing rapih dan dimasukkan ke dalam celana dengan rambut belah pinggir macam pegawai kelurahan. Kemejanya baru dikeluarkan saat jam sekolah usai dan pulang.
Baon adalah salah satu contoh gaya berpakaian siswa sok bule. Hobinya bermain sepeda BMX dan skateboard dan dipengaruhi dengan kiblat musik kebarat-baratan membuatnya selalu memakai kemeja yang sudah dimodifikasi memakai tali sehingga tidak perlu dimasukkan ke dalam celana, cukup ditarik saja talinya. Selain itu, teknik ikat kemeja demikian membuat Baon sedikit lebih pede karena tubuh begenk-nya terlihat lebih besar akibat efek kemeja yang menggembung.
Celana panjang Baon pun tak luput dari modifikasi. Bagian samping dari kedua sisi celana menjadi wadah corat coret ala gambar vignet, memanjang dari bagian pangkal pinggang terus turun sampai ke lipatan terbawah. Belum lagi bagian dengkul yang tidak pernah luput dari lambang yin-yang akibat terobsesi dengan keahlian american ninja dalam menumpas kejahatan.
Demikian pulak dengan gaya rambutnya yang walaupun sudah tidak mengikuti Vanilla Ice namun model skin pada bagian samping dan belakang masih tetap menjadi pilihannya, walopun mengakibatkan dirinya didera panggilan “Lampu Taman” karena postur kepalanya jadi terlihat seperti lampu taman. Luar biasa.
Belum lagi perbandingan lainnya, misalnya: Batax selalu memakai sepatu sekolah warna hitam, layaknya yang dianjurkan oleh pihak sekolah. Sementara Baon selalu senang memakai sneaker biar dibilang resmi jadi skater. Trus wajah Batax cukup mulus sementara Baon baru aja berani menyukur kumis dan mulai memelihara atas inspirasi yang diperolehnya ketika melihat video clip Color Me Badd yang lead vocal-nya memiliki ukiran jenggot yang keren. Baon kala itu memiliki selera musik kebarat-baratan seperti hardcore rap, alternative dan grunge sementara Batax memilih Panbers. Tipikal.

Kesimpulannya Batax dan Baon merupakan dua anak dari kutub yang berbeda.

Lalu, setelah melihat semua beberan fakta di atas, apa hubungannya dengan judul blog ini? Tenang, nantikan saja blog-blog selanjutnya karena anda akan mengerti apa alasan blog ini menggunakan judul yang agak blur dengan isinya.

And this is only the beginning…

Selamat menanti!
Aries Boi

Posted from WordPress for Android

Leave a comment